Kuil Senso-ji sebagai warisan identitas budaya Jepang

 Kuil Senso-ji sebagai warisan identitas budaya Jepang

Oleh : Zuhrial Fazlul Aziz

Karyawan Swasta di Maybank Indonesia Finance |Penulis Buku “Burung Hujan” | Alamat : Latong, Seunagan, Nagan Raya

Pada tanggal 3 Maret 2023 saya berkesempatan mengunjungi Negeri matahari terbit. Selepas terbang dari bandara Soekarno-Hatta yang menghabiskan waktu di udara sekitar 7 jam, saya tiba di bandara Haneda, yang terletak di Ota, Tokyo.
Pada satu kesempatan, saya mengunjungi objek wisata kuil yang sangat terkenal di Jepang, yaitu kuil Senso-ji. Kuil Senso-ji adalah sebuah kuil Buddha kuno yang terletak di Asakusa, Tokyo, Jepang. Bangunan ini didirikan tahun 645 M, menjadikannya kuil tertua di Jepang. Kuil Senso-ji menjadi rumah ibadah yang paling banyak dikunjungi di dunia dengan lebih dari 30 juta pengunjung setiap tahun.

Di depan gerbang kuil terdapat satu lentera yang sangat besar dengan nama Kaminarimon, Kaminarimon ini menjadi penanda sekaligus landmark dari Asakusa, Taitoku, Tokyo. Setelah melewati Kaminarimon, akan terlihat Nakamise-dori yang merupakan salah satu area perbelanjaan tertua di Jepang. Didukung oleh toko-toko yang unik serta masyarakatnya yang santun dan ramah serta gulungan gambar Asakusa. Disini tersedia barang-barang khas Jepang seperti aksesoris rambut, bakiak Jepang, boneka kayu, patung kecil maneki neko, chiyogami (kertas berwarna), produk kesenian rakyat dan berbagai makanan khas jepang seperti mochi, Tokyo banana.

Di dalam kuil Senso-ji, masih bisa kita jumpai aktivitas masyarakat Jepang yang melakukan ritual ibadah. Bagi wisatawan baik lokal maupun luar negeri di izinkan masuk ke dalam, sesuai batas area yang di tandai untuk melihat ritual ibadah dan di izinkan untuk mengabadikan moment foto atau video.
Hal yang unik dari Kuil Senso-ji adalah berada di tengah kota Tokyo, dimana kota Tokyo termasuk kota modern di dunia dengan gedung-gedung pencakar langit, tapi masih ada bangunan kuno yang berusia ratusan tahun. Bahkan kuil Senso-ji tidak begitu jauh dari menara yang menjadi landmark Kota Tokyo yaitu Menara Tokyo Skytree, menara tertinggi di dunia setelah Burj Khalifa di Dubai.
Berada di kawasan kuil Senso-ji yang dengan luas beberapa hektar ini seperti berada pada 2 zaman. Zaman tradisional dengan arsitektur bangunan khas Jepang dan Zaman modern dengan gedung-gedung pencakar langit yg indah.

Semoga kita orang aceh khususnya dan Indonesia umumnya banyak belajar dengan cara Jepang membangun peradaban. Bagaimana Jepang dengan bangga akan budaya Jepangnya dan melestarikan budaya Jepang. Saya jadi teringat kalimat indah Mahatma Gandhi bahwa “Tidak ada budaya yang dapat hidup jika berusaha untuk menjadi eksklusif.’’ Saya rasa, sudah sepatutnya di era modern ini kita mampu menjaga identitas di tengah modernitas dan mampu membuka diri tanpa harus menjadi orang lain. ***

Redaksi

http://hababerita.com

Lihat Dunia Lebih Dekat

Related post