Berbagi pengalaman “Aku dan Bandung”

Oleh : Mohd Candra
Direktur Perfetto AtaTanyoe
Terakhir kali kuingat untuk memulai sebuah cerita adalah bagaimana jalan Allah mengantarkanku ke Bandung yang akrab disapa sebagai kota kembang. Ketika itu, sedang berlansungnya seleksi nasional mahasiswa perguruan tinggi negeri atau disebut dengan SNMPTN. Aku adalah seorang pemalas untuk membaca buku, hobiku olahraga. Disetiap hariku selalu terisi dengan aktifitas-aktifitas fisik yang bisa dikategorikan dalam aktifitas fisik tingkat sedang.
Aku suka bercanda dengan teman-temanku ketika di bangku SMA (sekolah menengah atas). Keseharian kami pun penuh dengan canda tawa. Tiada hari yang kami lewati dengan belajar untuk menertawakan diri sendiri. Sampai guru-guru yang mengajar dikelas kami jengkel melihatnya. Tapi, guru-guruku adalah guru yang luar biasa. Mereka sangat pintar, rajin masuk kelas, dan bersemangat untuk menghukum kami jika terjadi pelanggaran.
Hujan pun turun, angin bertiupan dari timur ke barat. Selatan ke utara. Kerja tim CIA (chandra, Isa, Andi) dalam konsep vidio SNMPTN ku mengantarkan aku ke Universitas Pendidikan Indonesia.
Kenapa aku memilih Bandung? Padahal sebelumnya aku belum pernah merantau jauh. Bahkan, ke Banda saja aku gagal ketika SMA. Aku pernah lulus di RIAB. Tapi cuman mengikuti ospek saja. Setelah itu memutuskan untuk pulang ke Nagan. Ya, kampungku. Halaman yang diwarnai sungai dan pertanian padi. Awal mulanya aku memilih Bandung.
Aku melihat perguruan Olahraga terbaik di Indonesia non pendidikan. Keluarlah Bandung Universitas Pendidikan Indonesia. Dan UNJ Jakarta. Setelah kupilah, Bandung dan Jakarta. Bandung lebih sejuk, nyaman. Cuacanya tidak panas seperti di JKT. Sangat cocok dengan kondisi mentalku jika disuruh presentasi dan sering berkeringat di kelas hehe. Akhirnya aku memilih UPI Bandung untuk melanjutkan pendidikanku. Selain itu, aku kembali melihat potensi yang ada di Bandung. Khususnya bisnis apa yang bisa aku kerjakan disana. Ternyata, Bandung adalah produksi textile terbanyak di Indonesia.
Makanya aku juga memutuskan untuk berbisnis di bidang Konveksi. Pembuatan baju kaos, pdh, sepatu, topi, jaket, pdh, kostum olahraga, dll. Brand bisnisku kunamai dengan Perfetto AtaTanyoe. Nama yang kuambil dari 99 Asmaul Husna yaitu Maha Sempurna. Kemudian kurubah menjadi bahasa Italia maka muncullah Perfetto. Untuk meyakinkan kedua orang tuaku, aku katakan kepada mereka “Ayah&Ibu, izinkan aku untuk merantau kembali ke tanah Jawa. Disana aku tidak akan berkuliah saja, melainkan aku juga bisa berbisnis dan meringankan bebanmu” dengan alasan itu, aku diperbolehkan untuk merantau. Dan nasibku, aku diterima di UPI Bandung dengan jalur SNMPTN.
Tiba lah di Bandung, dalam pikiranku. Ini adalah Kota Besar. Yang penuh dengan gedung-gedung mewah seperti di TV. Tetapi, bayanganku salah. Ternyata Bandung Kota didalam hutan. Cukup padat, namun tidak terlalu megah dengan bangunan-bangunan besar seperti yang ada di JKT. Dalam hatiku “aku tersesat ke dalam hutan kota ini” hehe. Tidak mengapa, ku lanjutkan niatku. Alhamdulillah nya. UPI itu dekat dengan pondok Daarut Tauhid Bandung. Sekelilingnya cukup bagus. Ramai anak-anak pesantren disana. Daarut Tauhid itu adalah Masjid yang dipimpin oleh Aa Gym. Aku tidak mengenal beliau sebelumnya. Setelah hadir di majelis beliau malam Jum’at, jamaah cukup ramai. Ternyata beliau adalah ulama besar Jawa Barat bahkan Indonesia. Syukur kepada Tuhan, ini tentu jalanNya untuk menuntun aku lebih baik.
Awal aku kuliah di Bandung. Memang cukup sulit beradabtasi. Disamping Indonesiaku yang masih tergolong cukup rendah. Ya, you know that Indonesia versi Aceh bukan? Susah dimengerti orang Jawa rupanya. Bahasanya suka kebalik balik. Bahkan disuatu cerita, temenku pernah menanyakan “dengan apa kamu kuliah? Apa kendaraanmu?” Aku menjawab kereta hehe, mereka kaget, hebat banget orang Aceh kuliah pakai kereta Api pikirnya. Padahal maksudku adalah sepeda motor hehe. ya begitulah Indonesia versi Aceh yang ku maksud.
Tidak buruk, namun ada beberapa kata yang susah di pahami orang-orang di Jawa sana. Orang Jawa ketika ketemu orang Aceh, pasti tiga yang ditanyakan. Apa kamu kena tsunami? Apa kamu orang GAM? Dan jika ketemu orang sedikit nakal, apa ada ganja? Haha. Ohya, satu lagi, hukum syariah di Aceh bagus ya.
Sebagian wanita mengira kalau ke Aceh itu wajib berhijab. Memakai rok. Dan harus sopan santun. Hati kecilku sedikit bangga dan kecewa. Ternyata cover Aceh itu begitu indah. Namun sayang, Aceh saat ini sudah tidak seperti itu. Bukan berarti tidak berhijab, tetapi rok kadang-kadang sudah tidak menjadi masalah di Aceh. Masih banyak pemudi-pemudi yang memakai celana jeans dan sebagainya. Ya, mungkin telah lemahnya hukum syariat di Aceh menjadi salah satu penyebabnya saat ini.
Kebanggaan berkuliah di luar Aceh itu, selain kita berkuliah. Kita juga seperti duta Aceh. Kita bisa menceritakan tentang Aceh lebih banyak kepada anak-anak diluar sana. Meluruskan kekeliruan yang dipikir mereka. Dan orang Aceh sangat dihargai disana. Di Bandung, Aceh punya 4 asrama, asrama cicendo untuk cowok, asrama belimbing untuk cowok, asrama jatinangor juga untuk cowok, dan asrama pocut baren untuk cewek.
Dan jangan khawatir jika siapapun mau melanjutkan kuliah ke Bandung. Karena setiap kampus di Bandung hampir rata-rata memiliki ikatan mahasiswa Aceh, dan di rangkul oleh IKAPA ikatan pemuda Aceh Bandung. Yang merangkul semua paguyuban-paguyuban yang ada di Kampus Kota Bandung. Bandung menurutku adalah kota yang tepat untuk melanjutkan pendidikan di Indonesia. Selain sejuk, Bandung juga religius.
Di Bandung, kelebihannya kita juga bisa punya teman seluruh Indonesia, mulai dari Papua, sampai ke Aceh. Dengan ragam budaya, bahasa, dan rupa wajah. Ketemu orang sunda rasanya tidak sanggup untuk berbicara, karena mereka terlalu lembut. Sedangkan kita Aceh atau sumatra, logatnya keras. Apalagi orang pinggirian pantai. Ngomongnya pasti keras-keras. Ketika berjumpa dengan orang Jawa dan berkomunikasi. Kita sering dianggap sedang marah oleh mereka, karena logat yang begitu keras tadi. Padahal, kita hanya berbicara seperti biasa. Tidak sedang marah.
Jika berkuliah di pulau Jawa, saya menyarankan untuk jangan malas untuk bersosial melalui oraganisasi ke Acehan ataupun organisasi luar, karena di perantauan, kita tidak punya keluarga. Selain teman sesama daerah. Ya, hanya beberapa yang mempunyai keluarga diluar sana. Maka, bergabunglah dengan organisasi-organisasi. Seperti Bandung punya organisasi Aceh bernama IKAPA (Ikatan Pemuda Aceh Bandung). Yang sudah berdiri sejak masa konflik.
Organisasi ini dulu cukup membantu suara rakyat dalam memperjuangkan kemerdekaannya di kancah nasional. Dikarenakan perdamaian Aceh, organisasi ini tidak lagi berperan aktif dalam isu-isu kemerdekaan, melainkan merangkul seluruh mahasiswa Bandung ataupun pemuda Aceh yang di bandung untuk bersatu. Organisasi ini juga sering membuat acara-acara yang produktif. Seperti halnya merayakan Maulid Nabi Besar Muhammad Saw, Lebaran Haji bersama mahasiswa Aceh seluruh Bandung, Juga lebaran idul Fitri, pameran seni budaya, kegiatan keolahragaan, menulis, dan berbagai kegiatan-kegiatan lainnya.
Bandung juga Kota Kembang dengan destinasi wisata yang bagus. Selain berkuliah, kalian juga bisa menikmati indahnya wisata Bandung. Yang tidak kalah menarik dengan wisata-wisata diluar sana. Contohnya seperti daerah lembang, dan kawah putih. Hidup di kota besar ini kita harus pandai dalam memilih. Ya, seperti hal nya memilih pasangan hidup mungkin ya hehe. Harus berhati-hati. Karena segala nya ada. Baik yang positif maupun negatif. Maka, pilihlah kegiatan-kegiatan yang produktif. Sehingga dapat mengasah kemampuan pribadi menjadi lebih baik. Dan jangan lupa juga untuk melihat potensi-potensi yang ada di Bandung dari segala sektor. Baik ekonomi, budaya, olahraga, pendidikan, dan lain-lain. Yang dapat menjadi oleh-oleh ketika balik ke Aceh.
Tidak sedikit orang-orang pintar Aceh yang menempuh pendidikan di Kota Bandung. Lulus dari sekolah-sekolah ternama di Aceh. Katakanlah seperti ITB, Unpad, IPDN, UPI, Telkom University, dan lain-lain. Itu adalah kampus-kampus ternama dengan taraf standar Internasional. Orang-orang besar di Indonesia juga banyak terlahir dari kampus-kampus tersebut yang berada di kota Bandung. Namun sayangnya, tidak sedikit juga setelah selesai kuliah, mahasiswa-mahasiswa asal Aceh tidak mengabdi di Aceh. Banyak juga yang berkiprah di luar Aceh.
Ya, dengan berbagai pertimbangan tertentu, mulai dari minimnya lapangan kerja, kesesuaian lapangan pekerjaan, gaji yang begitu rendah, dan faktor lainnya yang membuat mahasiswa Aceh yang berkuliah di Bandung mengabdi di luar Aceh, bahkan luar negeri. Mungkin pemerintah Aceh harus aktif dalam berkomunikasi dengan komunitas atau organasisasi-organisasi Aceh yang ada di Bandung. Mendata seluruh SDM yang ada disana. Dan mengembalikan mereka ke Aceh setelah menempuh pendidikan dengan tempat kerja yang layak dan upah yang sesuai. Bukan hanya Bandung, tetapi juga daerah Jawa atau luar Jawa bahkan luar negeri lainnya.
Ayo, merantau lebih jauh. Melihat keunikan atau potensi diluar sana yang bisa kita kolaborasikan di bumoe seramoe mekkah ini. Bukan berarti berkuliah di Aceh tidak baik, tetapi berkuliah di luar Aceh mungkin bisa melatih sedikit mental dan wawasan yang lebih baik. Karena selain teori, kita juga lansung mempraktekkan nya. Ya, kembali lagi kepada diri sendiri, mau menggali potensi diri atau tidak? Mau memperbaiki diri atau tidak, karena jika tidak, akan sama saja. Percuma juga jauh-jauh keluar Aceh.
Kita juga bisa bergabung dengan organisasi KMPAN (Komite Mahasiswa Pemuda Aceh Nasional), setelah melewati beberapa proses pengorganisasian di tinggkat provinsi. Karena KMPAN adalah organisasi yang menghimpun seluruh mahasiswa ataupun pemuda yang ada di luar Aceh. Sangat luar biasa, intelektual-intelektual yang bergabung dalam organsisasi bernama KMPAN, beberapa sudah menjadi tokoh penting di Aceh.
Seperti saya sebutkan Ermiadi, Nurazhari, dan lainnya yang pernah menduduki kursi DPRA. Muhammad Nasir Syamaun yang sekarang merupakan sekretaris umum KONI Aceh dan ketua divisi humas Wali Nanggroe Aceh. Dan banyak tokoh-tokoh lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Jadi mari, menuntutlah ilmu sampai kenegeri China ucapnya. Jika bisa keluar, mungkin itu lebih baik.