Mensejahterakan guru merupakan titik balik dari persoalan mutu pendidikan di Aceh
Oleh : Edi Wanda SE., M.M
Ketua Sekolah Tinggi Administrasi Pelita Nusantara (Stiapen) Nagan Raya
Belakangan banyak muncul dari berbagai media sosial dan cuitan dari beberapa aktivis pemerhati pendidikan mempertanyakan tentang kualitas mutu pendidikan di Aceh yang merupakan hak istimewa Aceh salah satu nya adalah bidang pendidikan dengan anggaran yang sangat besar dan pada kenyataannya adalah belum mampu mengangkat kualitas pendidikan di Aceh.
Menurut kami Pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan Aceh diharapkan fokus untuk meningkatkan taraf kesejahteraan guru, karena selama ini banyak kegiatan di titik beratkan kepada perbaikan sarana dan prasarana fisik sekolah baik secara bangunan maupun secara soft manajemen, sementara sumber daya guru masih sangat jarang ditingkatkan apalagi dalam rekrutmen terdahulu, mekanismenya masih sangat kurang memperhatikan.
Dalam suatu diskusi khusus dengan mantan Menteri Pendidikan Nasional bapak Wardiman Djoyonegoro beliau pernah berpesan kepada kami bahwa ada kesalahan di masa beliau menjabat adalah menetapkan kriteria terbaik untuk sekolah berprestasi adalah menetapkan unsur WC, pagar sekolah dan taman sebagai kriteria utama penilaian padahal wc, taman dan pagar belum pasti bisa menjamin siswa menjadi pintar yang pasti menjamin siswa pintar itu karena guru yang pintar, pesan yang sangat mendalam itu beliau sampaikan di tahun-tahun awal kami memimpin Stiapen Nagan Raya.
Secara universal dapat kami simpulkan kondisi guru saat ini di Aceh umumnya sebagian besar dalam kondisi terhutang sehingga konsentrasi mereka mengajar menjadi terganggu sehingga mereka tidak punya waktu dan kesempatan untuk memberdayakan diri mereka sehingga sesuai kurikulum terbaru, dan menurut kami percuma saja kurikulum di evaluasi setiap saat sementara kemampuan guru selaku ujung tombak yang mentransfer pengetahuan kepada para siswa tidak mampu memahaminya dengan baik, hanya dengan guru guru yang hebat bisa melahirkan siswa-siswa berprestasi.
Proses pembelajaran Daring selama 2 tahun sudah membuktikan bahwa kemajuan tehnologi belum mumpuni untuk meningkatkan kualitas siswa interaksi siswa dan guru adalah hal yang sangat urgent dalam proses pembelajaran dan bila seorang guru tidak berkonsentrasi dengan baik saat melakukan tugasnya tentu ini banyak guru yang akan di bully oleh para murid yg lebih mempunyai fasilitas bagus sehingga di kedepankan kesejahteraan guru harus menjadi acuan utama utk meningkatkan mutu belajar di Nanggroe Aceh. ***