Krisis Kesehatan Mental: Membangun Kesadaran dan Mendukung Kesejahteraan Emosional

Oleh : Dwi Anggraini Surah
Mahasiswa HMP IAN UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Krisis kesehatan mental telah menjadi isu serius yang semakin mendapatkan perhatian dalam masyarakat saat ini. Meningkatnya angka depresi, kecemasan, gangguan makan, dan gangguan kesehatan mental lainnya menunjukkan urgensi untuk mengembangkan kesadaran yang lebih besar tentang masalah ini serta memperkuat dukungan yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan emosional individu.
Perubahan gaya hidup yang cepat, tekanan sosial, dan tuntutan kerja yang tinggi semakin membebani kesehatan mental individu. Banyak orang yang mengalami kesulitan untuk mengatasi stres dan tekanan ini, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kondisi kesehatan mental yang lebih serius. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengubah pandangan dan sikap terhadap masalah kesehatan mental.
Stigma dan diskriminasi yang terkait dengan masalah kesehatan mental masih menjadi penghalang utama bagi individu untuk mencari bantuan yang mereka butuhkan. Seringkali, stigma ini mencegah orang untuk membicarakan kondisi kesehatan mental mereka, karena takut akan dijauhi, dianggap lemah, atau tidak kompeten. Hal ini sangat merugikan individu yang membutuhkan dukungan dan perawatan.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian Kesehatan tahun 2018 menunjukkan prevalensi Rumah Tangga dengan anggota menderita gangguan jiwa skizofrenia meningkat dari 1,7 permil menjadi 7 permil di tahun 2018.
Gangguan mental emosional pada penduduk usia dibawah 15 tahun, juga naik dari 6,1% atau sekitar 12 juta penduduk (Riskesdas 2013) menjadi 9,8% atau sekitar 20 juta penduduk.
Tanpa kita ketahui ternyata banyak masyarakat indonesia yang mengalami gangguan kesehatan mental, maka dari itu dapat disimpulkan, bahwa rata-rata penduduk Indonesia yang mengalami gangguan Kesehatan mental adalah remaja, dimana pada rentang usia tersebut emosi masih belum stabil dan menyebabkan remaja mengalami gangguan Kesehatan mental.
Untuk mengatasi krisis kesehatan mental, perlu dilakukan upaya yang kuat dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental dan membangun pemahaman yang lebih luas tentang kondisi ini. Edukasi ini harus dimulai sejak dini, baik di lingkungan sekolah maupun dalam keluarga. Masyarakat perlu menyadari bahwa kesehatan mental adalah bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan, dan harus diperlakukan dengan serius dan tanpa stigma.
Selain meningkatkan kesadaran, penting juga untuk menyediakan dukungan yang tepat bagi individu yang mengalami masalah kesehatan mental. Organisasi dan komunitas perlu menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan mendukung, di mana individu dapat merasa nyaman untuk berbagi pengalaman mereka dan mencari bantuan jika diperlukan. Inisiatif seperti program-program kesejahteraan karyawan, kegiatan relaksasi, dan dukungan konseling dapat membantu individu dalam menghadapi tantangan kesehatan mental mereka.
Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi juga memiliki peran penting dalam mendukung kesejahteraan emosional karyawan. Program-program pengembangan sumber daya manusia dapat difokuskan pada kesejahteraan karyawan, termasuk pelatihan tentang manajemen stres, keseimbangan kerja-kehidupan, dan keterampilan pengelolaan emosi. Program ini dapat memberikan manfaat besar dalam meningkatkan pemahaman tentang kesehatan mental, mengurangi stigmatisasi, dan memperkuat dukungan di tempat kerja.
Namun upaya untuk mengatasi krisis kesehatan mental tidak dapat dilakukan secara terisolasi. Diperlukan kolaborasi antara individu, organisasi, pemerintah, dan masyarakat secara keseluruhan. Penanganan krisis kesehatan mental harus melibatkan pendekatan holistik, termasuk pendidikan, intervensi klinis, kebijakan yang mendukung, dan akses yang mudah terhadap layanan kesehatan mental.
Selain itu, penting juga untuk mengatasi faktor risiko yang terkait dengan kesehatan mental, seperti isolasi sosial, ketidakseimbangan pekerjaan-kehidupan, dan ketidakstabilan ekonomi. Pemerintah dan organisasi perlu menciptakan kebijakan yang mendukung lingkungan kerja yang sehat, fleksibilitas kerja, dan akses yang memadai terhadap perawatan kesehatan mental.
Dalam masyarakat, kita semua memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan tidak stigmatisasi bagi individu dengan masalah kesehatan mental. Kita dapat menjadi pendengar yang baik, memperhatikan tanda-tanda perubahan perilaku pada orang di sekitar kita, dan memberikan dukungan emosional. Mengurangi stigma dan menciptakan ruang yang aman bagi orang-orang untuk berbicara tentang kesehatan mental adalah langkah penting dalam membangun kesadaran dan mendukung kesejahteraan emosional.
Krisis kesehatan mental tidak boleh diabaikan. Ini adalah isu yang kompleks dengan dampak yang luas pada individu, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan meningkatkan kesadaran, mengurangi stigma, dan memperkuat dukungan, kita dapat membantu individu dalam mengatasi tantangan kesehatan mental mereka dan menciptakan masyarakat yang lebih peduli, inklusif, dan mendukung bagi kesejahteraan emosional semua orang. ***